Sikasur-(suarawargabelik.com) Pertemuan rutin Selapan yang diadakan di Balai desa Sikasur (19/7, dihadiri 17 anggota dari tiga pedukuhan yaitu Sodong,Krajan,dan Siparuk.
Tema yang dibahas tentang sosialisasi pembuatan akta kelahiran yang dirasa kurang dalam masyarakat. Banyak upaya dan media yang digunakan, tetapi tetap saja kurang maksimal hasilnya.
Menurut Anggoro Ambar dari Forum Masyarakat Sipil ( Formasi) yang memandu acara dibutuhkan keterlibatan semua pihak , inovasi dan media yang tepat untuk memenuhi cakupan akta yang diinginkan.
"Disdukcapil sudah membuat baliho, selebaran bahkan sampai video untuk sosialisasi. Namun cakupan akta kelahiran dan kematian masih rendah juga," katanya.
Menurut Mursiyem (50) salah satu peserta faktor pengaruh masih dominan dalam mensosialisasikan kegiatan.
"Kalau yang ngomong orang kaya pasti didengar omongannya. Kalau kita yang ngomong biarpun itu kebaikan tak akan direspon," katanya.
Banyak ditemukan persoalan yang menjadi kendala untuk mendapatkan akta kelahiran. Salah satunya banyak pasangan yang tidak memiliki akta nikah.
Hal ini ditanyakan Sularmi (50) apa bisa pasangan nikah siri membuatkan akta lahir untuk anaknya. Dan bagaimana caranya untuk mensyahkan pernikahan agar mendapatkan akta nikah.
Pertanyaan tersebut dijawab Masrukhi Harun dari Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), menurutnya bisa saja anak hasil pernikahan siri mendapatkan akta kelahiran , tetapi statusnya anak ibu.
"Jika pasangan nikah siri ingin mendapatkan legalitas pernikahan dan akta kelahiran anaknya maka lakukan isbath nikah. Jika ini dilakukan maka pasangan akan mendapatkan akta nikah untuk dirinya dan akta kelahiran untuk anaknya," katanya.
Diakhir acara dia berpesan Kegiatan semacam ini harus dilakukan secara bersama-sama agar kesadaran hukum di masyarakat Pemalang lebih meningkat , dan cakupan akta terpenuhi diatas 80%. Pertemuan ditutup
pemilihan anggota yang akan diikut sertakan dalam pelatihan Peningkatan kapasitas forum warga yang akan di adakan di Pemalang. (Mur/Bas)
Tema yang dibahas tentang sosialisasi pembuatan akta kelahiran yang dirasa kurang dalam masyarakat. Banyak upaya dan media yang digunakan, tetapi tetap saja kurang maksimal hasilnya.
Menurut Anggoro Ambar dari Forum Masyarakat Sipil ( Formasi) yang memandu acara dibutuhkan keterlibatan semua pihak , inovasi dan media yang tepat untuk memenuhi cakupan akta yang diinginkan.
"Disdukcapil sudah membuat baliho, selebaran bahkan sampai video untuk sosialisasi. Namun cakupan akta kelahiran dan kematian masih rendah juga," katanya.
Menurut Mursiyem (50) salah satu peserta faktor pengaruh masih dominan dalam mensosialisasikan kegiatan.
"Kalau yang ngomong orang kaya pasti didengar omongannya. Kalau kita yang ngomong biarpun itu kebaikan tak akan direspon," katanya.
Banyak ditemukan persoalan yang menjadi kendala untuk mendapatkan akta kelahiran. Salah satunya banyak pasangan yang tidak memiliki akta nikah.
Hal ini ditanyakan Sularmi (50) apa bisa pasangan nikah siri membuatkan akta lahir untuk anaknya. Dan bagaimana caranya untuk mensyahkan pernikahan agar mendapatkan akta nikah.
Pertanyaan tersebut dijawab Masrukhi Harun dari Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), menurutnya bisa saja anak hasil pernikahan siri mendapatkan akta kelahiran , tetapi statusnya anak ibu.
"Jika pasangan nikah siri ingin mendapatkan legalitas pernikahan dan akta kelahiran anaknya maka lakukan isbath nikah. Jika ini dilakukan maka pasangan akan mendapatkan akta nikah untuk dirinya dan akta kelahiran untuk anaknya," katanya.
Diakhir acara dia berpesan Kegiatan semacam ini harus dilakukan secara bersama-sama agar kesadaran hukum di masyarakat Pemalang lebih meningkat , dan cakupan akta terpenuhi diatas 80%. Pertemuan ditutup
pemilihan anggota yang akan diikut sertakan dalam pelatihan Peningkatan kapasitas forum warga yang akan di adakan di Pemalang. (Mur/Bas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar